Resume 1 Mata Kuliah Psikologi pendidikan
MOTIVASI
Mengeksplorasi Motivasi
Seorang pemuda kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari
jarak jauh yang luar biasa dalam sejarah (McNally, 1990). Dia rata-rata berlari
sejauh jarak lari maraton (26,2 mil) setiap hari selama lima bulan, dan
karenanya menempuh total 3359 mil
melintasi Kanada. Apa yang membuatnya jadi luar biasa adalah karena
Terry Fox kehilangan satu kaki akibat kanker sebelum dia lari, dan karenanya
dia lari dengan bantuan kaki palsu. Terry Fox jelas orang yang penuh dengan
motivasi, tapi apa makna dari motivasi itu sesungguhnya?
Apa motivasi Itu?
Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
Contoh lain dari motivasi adalah Lance Armstrong.
Lance Armstrong adalah pembalap sepeda yang hebat tetapi kemudian dia
didiagnosis mengidap kanker pada tahun 1996. Peluang kesembuhannya diperkirakan
kurang dari 50 persen saat pembalap sepeda itu mengikuti kemoterapi dan
emosinya memburuk. Akan tetapi, Lance pulih dari penyakit itu dan bertekad
memenangkan lomba Tour de France sejauh kurang lebih dari 2000 mil, sebuah
lomba balap sepeda paling bergengsi di dunia. Hari demi hari Lance berlatih
keras, terus bertekad memenangkan lomba itu. Lance kemudian berhasil
memenangkan lomba balap Tour de France bukan hanya sekali, tetapi empat kali
pada 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Perspektf tentang Motivasi
1. Perspektif
Behavioral
Perspektif
ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif dan negatif yang
dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa
insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan
perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk.,
2000).
Insentif
yang dipakai guru di dalam kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan
indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau hadiah.
2. Perspektif
Humanistis
Perspektif ini menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib
mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan
pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan
dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Hierarki kebutuhan Maslow adalah
sebagai berikut:
·
Fisiologis: lapar, haus, tidur
·
Keamanan (safety): bertahan hudup,
seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
·
Cinta dan rasa: keamanan (security),
kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
·
Harga diri: menghargai diri sendiri
·
Aktualisasi diri: realisasi potensi
diri.
Menurut
Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum merek dapat
beradaptasi.
3. Perspektif
Kognitif
Menurut perspektif ini, pemikiran
murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada
motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini
berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,
atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan
mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari
penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan
(Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Perspektif kognitif
tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W.White (1959), yang mengusulkan
konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk
menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan
memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan
hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang mempunyai
motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4. Perspektif
sosial
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini
membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang
hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka
untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan
orang tua, dan keinginan untuk menjlain hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang mempunyai
hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik
yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1990; Stipek, 2002)
Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Perhatian
terhadap motivasi di sekolah telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Dalam
bagian ini, kita akan mempelajari sejumlah strategi kognitif efektif untuk
meningkatkan motivasi murid untuk meraih sesuatu dan untuk berprestasi. Kita
mulai bagian ini dengan mengeksplorasi perbedaan krusial antara motivasi
ekstrinsik (eksternal) dan motivasi intrinsik (internal).
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
1. Motivasi
Ekstrinsik
Adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian
untuk mendapatkan nilai yang baik.
2. Motivasi
intrinsik
Adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang
pada mata pelajaran yang diujikan. Motivasi intrinsik terbagi dua yaitu:
a. Determinasi
diri dan pilihan personal
b. Motivasi
intrinsik dari pengalaman optimal
a. Determinasi
diri dan pilihan personal
Salah
satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri
(deCharms, 1984; Deci, Koestner, & Ryan, 2001; Deci & Ryan, 1994; Ryan
& Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka
melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan
eksternal.
Para
periset menemukan bahwa motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas
sekoilah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung
jawab personal atas pembelajaran mereka (Grolnick dkk.,2002; Stipek, 1996,
2002)
b. pengalaman Optimal
mihaly
Csikszentmihalyi (1990, 1993, 2002; Nakamura & Csikszentmihalyi, 2002) juga
mengembangkan ide yang relevan untuk memahami motivsi intrinsik. Dia menemukan
bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mempu untuk
menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas.
Bibliography
Santrock, J. W. (2004). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
(Santrock, 2004)
0 komentar:
Posting Komentar