Resume 3 Mata
Kuliah Psikologi Pendidikan
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pada
tahun 1963 Presiden John F. Kennedy mengatakan,”perdamaian adalah proses
harian, mingguan, bulanan, dalam opini yang
terus berubah, pelan-pelan menggerus rintangan lama, diam-diam membangun
struktur baru. Ketegangan etnis dan kultural kerap mengancam perdamaian yang
rapuh ini. Pendidikan multikultural diharapka dapat memberikan sumbangan untuk
mewujudkan apa yang diimpikan oleh pimpinan hak-hak sipil Martin Luther King;
sebuah bangsa dimana anak-anak akan dinilai bukan berdasarkan warna kulit,
tetapi berdasarkan kualitas karekternya.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok
kultural. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan
kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersemptit gap dalam prestasi
akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennet, 2003;
Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal, 2001).
Pendidikan multikultural muncul dari gerakan hak-hak
sipil pada 1960-an dan gerakan untuk pemerataan kesetaraan dan keadilan sosial
dalam masyarakat untuk wanita serta orang kulit berwarna. Sebagai sebuah
bidang, pendidikan multikultural mencakup isu-isu yang berkaitan dengan stasus sosioekonomi, etnisitas, dan gender.
Karena keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka
reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks, 2001).
Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan guru di kelas
untuk mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap orang lain.
Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi
dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun
perempuan dan umtuk semua kelompok etnis.
Memberdayakan Murid
Istilah
pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan
keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih
adil. Pemberdayaan masih menjadi tema penting pada pendidikan multikultural
dewasa ini (Schmidt, 2001). Menurut pandangan ini, sekolah harus memberi murid
kesempatan untuk belajar tentang pengalaman, perjuangan, dan visi dari berbagai
kelompok kultural dan etnis yang berbeda-beda (Banks, 2001, 2002, 2003).
Harapannya adalah hali ini akan meningkatkan rasa harga diri minoritas,
mengurangi prasangka, dan memberikan
kesempatan pendidikan yang lebih setara.
Sonia Nieto (1992), seorang keturunan Puerto Rico
yang besar di New York City, percaya bahwa pendidikannya membuatnya merasa
latar belakang kulturalnya kelihatan agak buruk. Dia memberikan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Kurikulum
sekolah harus jelas antirasis dan antidiskriminasi. Murid haarus bebas
mendiskusikan isu etnis dan diskriminasi.
2. Pendidikan
multikultural harus menjadi bagian dari setiap pendidikan murid. Setiap murid
harus menjadi bilingual dan mempelajari perspektif kultural yang berbeda-beda.
3. Murid
harus dilatih untuk lebih sadar budaya(kultur). Ini berarti mengajak murid untuk
lebih terampil dalam menganalisis kultur
dan lebih menyadari faktor historis, sosial, dan politik yang membentuk
pandangan mereka tentang kultur dan etnis. Harapannya adalah agar kajian kritis
itu akan memotivasi murid untuk mengupayakan keadilan politik dan ekonomi.
Pengajaran yang relevan
Pengajaran
yang relevan secara struktural adalah aspek penting daari pendidikan
multikultural (Gay, 2000; Irvine & Armento, 2001). Pengajaran ini
dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar
(Pang, 2001).
Para pakar pendidikan multikultural percaya bahwa
guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran yang relevan
secara kultural ke dalam kurikulum karena akan membuat pengajaran menjadi
lebih efektif (Diaz, 2001).
Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Dalam
pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang
berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tidakn hanya
mengklarifikasi nilaim tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari
pandangan tertentu yang dianut murid.
Pendidikan yang berpusat pada isu terkait erat dengan pendidikan moral.
Pikirkan contoh situasi dimana beberapa murid merasa
tidak nyaman dengan kebijakan makan siang di sebuah sekolah menengah atas (Pang,
2001). Murid yang mendapat subsidi dari
pemerintah federal dipaksa untuk menggunakan bangku khusus di kafetaria, yang
secara otomatis membuat mereka dikenali. Banyak dari murid yangberasal dari
keluarga miskin ini merasa direndahkan dan dipermalukan sehingga bahkan ada
yang tak mau makan siang. Murid-murid itu memberitahu guru tentang apa yang
mereka alami dan kemudian diadakan diskusi. Murid dan guru bersama-sama
menyususn rencana aksi untuk mengatasi persoalan keadilan sosial ini. Rencanya kemudian dipaparkan di dewan sekolah
distrik. Mereka kemudian merevisi kebijakan makan siang di sepuluh sekolah
menengah atas.
Bibliography
John W, S. (2004). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
How to register at a online casino | Poker | Kadangpintar
BalasHapusWe are 온카지노 not a gambling house but we do offer a list of all online casinos for players from South Africa.